pacaran yang sehat.
Terang saja Buku tersebut mendapat protes yang sangat keras dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari guru hingga Gubernur memprotes keras penerbitan buku dengan materi tersebut. Buku yang diterbitkan oleh Kemendikbud itu dianggap telah melecehkan kearifan lokal dan tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang notabene menjadi mayoritas masyarakat Idonesia. Misalnya konten yang menyebutkan bahwa perbuatan seks bebas sangat merugikan bagi pihak perempuan karena terkait selaput dara dan potensi untuk hamil, sedangkan seks bebas bagi laki-laki disebutkan tidak terlalu merugikan karena tidak terlihat apakah laki-laki itu perjaka atau tidak perjaka setelah melakukan kegiatan seks,tentu saja hal itu seakan-akan mendorong anak laki-laki untuk melakukan perbuatan seks bebas.
Konten lainya tertulis tips pacaran yang baik dan benar, yaitu 'Hindari memakan makanan yang merangsang sebelum dan setelah pacaran, hindari nonton film porno dan membaca buku porno saat sedang pacaran dan dilarang saling pukul memukul saat pacaran.dengan demikian seolah olah Kemendikbud sudah melegalisasi perbuatan pacaran di kalangan pelajar.
Forum Aspirasi Guru Independen (FAGI) menilai buku Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjaskes) untuk kelas XI SMA/SMK di Kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Kemendikbud tahun 2014 memuat konten tak senonoh, ketua FAGI Iwan Hermawan menyayangkan dan mengecam adanya dua halaman dalam buku pendidikan olahraga jasmani kurikulum 2013-2014 itu yang tidak edukatif dan seolah melegalkan dan mengajarkan pacaran kepada siswa-siswinya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai tema pacaran sehat dalam Buku Penjaskes kelas XI SMA tidak mencerminkan pendidikan dan kebudayaan, lebih lanjut ketua KPAI Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan bahwa materi pacaran itu justru men-down grade semangat pendidikan, materi kacangan banget, tidak edukatif dan justru mereduksi. Buku Penjaskes, menurut Ni’am, selayaknya fokus pada bahasan jasmani dan kesehatan. Sementara pacaran bukan urusan jasmani. Dia menilai secara sosiologis, pacaran tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip pendidikan.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ramli Rasyid, bukan hanya meminta menarik dan memusnahkan buku tersebut bahkan Ia meminta kepada penegak hukum untuk mengusut secara tuntas atas keteledoran dikeluarkannya buku yang mengajarkan siswa berpacaran yang sehat.
Di Bandung Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menyarankan buku pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) tingkat SMA/SMK agar ditarik dari peredaran karena menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat.
Kondisi tersebut terang saja menimbulkan pertanyaan yang besar di benak kita, bagaimana mungkin konten seperti itu, yang sangat tidak mendidik dan bisa mendorong para siswa pada tindakan yang bertentangan dengan norma agama maupun norma susila, bisa lolos dan diterbitkan oleh Kemendikbud? ada apa sebenarnya?. terlebih gambar yang dijadikan ilustrasi adalah seorang lelaki berbaju koko dan kopiah dengan seorang wanita yang memakai Jilbab, sungguh sangat menciderai umat Islam, seolah olah Islam mengajarkan yang namanya pacaran, padahal Islam justru melarang tindakan semisal pacaran yang akan mendorong seseorang untuk berbuat zina.
Peristiwa itu tentu saja sulit dilepaskan dari arus liberalisasi yang semakin gencar setiap harinya di negri ini, setelah berbagai media dijadikan alat propaganda menyebarkan ide ide yang berasal dari barat seperti Hedonisme dan Permisivisme, mereka mulai merusak pemikiran anak negri ini melalui jalan formal yaitu melalui sistem pendidikan. tentu saja dengan melalui sistem formal suatu keburukan seolah mendapatkan legalitas.contoh kongkritnya adalah masuknya konten "pacaran sehat" dalam buku pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan, tentu saja bagi kita yang memiliki akal sehat akan langsung bertanya, apa hubunganya Pacaran dengan Pendidikan Jasmani???.















Comments :
Posting Komentar
Berpikir mendalam mendalam guna meraih kebenaran